Kamis, 07 Mei 2015

0

Dilema haji mabrur dengan haji mabur

Posted in



 
”Masyarakat saat ini mengangap bahwa seseorang yang sudah menunaikan ibadah haji itu menjadi haji mabrur”
Haji merupakan panggilan allah untuk menyempurnakan rukun islam yang kelima bagi orang yang mampu, dengan mengharapkan setelah menunaikan ibadah haji sudah selesailah rukun islam. Dan set5elah berangkat haji mereka mengharapkan ibadah haji mereka menjadi haji mabrur. Sedangkan secara penegrtian haji mabrur ialah ibadah haji yang maqbul (diterima) yang diberikan ganjaran oleh Allah ta’ala. Haji yang demikian hanya dapat terwujud apabila tidak tercampur dengan suatu dosa.
Namun fenomena yang terjadi pada masyarakat saat ini, mengenai haji mabrur banyak dari masyarakat ini mengira bahwa semua orang yang sudah menunaikan ibadah haji di makkah itu semuanya pulang membawa gelar haji mabrur, sedangkan jika seseorang ingin menjadi ibadah hajinya mabrur itu tergantung dengan individu masing-masing jama’ah haji. Namun esinsi haji mabrur apabila seseorang ingin mendapatkan gelar haji mabrur, maka ia wajib memurnikan haji semata-mata karena Allah, karena ketika Allah mewajibkan haji kepada manusia dalam kitab-Nya, Allah menunjukkan bahwa ibadah haji ini adalah untuk-Nya, bukan untuk yang lain. Allah mengatakan  yang artinya:
فيهِ ءايٰتٌ بَيِّنٰتٌ مَقامُ إِبرٰهيمَ ۖ وَمَن دَخَلَهُ كانَ ءامِنًا ۗ وَلِلَّهِ عَلَى النّاسِ حِجُّ البَيتِ مَنِ استَطاعَ إِلَيهِ سَبيلًا ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ العٰلَمينَ

Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barang siapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam (QS.Ali ‘Imron: 97)

Karena itu, orang yang ingin menjadikan hajinya mabrur, ia harus berangkat dari menunaikan dengan niat taat kepada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya, bukan dengan niat yang laindari urusan-urusan dunia atau karena nafsu. Rasulullah saw mengatakan, “ tidaklah seseorang keluar dari rumahnya, melainkan di pintu rumahnya terdapatdua bendera. Satu bendera di tangan seseorang malaikat dan bendera yang lain berada ditangan setan”
Agar dapat menjadi haji mabrur, maka orang yang menunaikannya harus mengunakan harta yang halal dan baik, bukan harta yang haram atau buruk, karena rosulullah saw bersabda “ Sesunguhnya Allah itu baik: Ia tidak menerima kecuali yang baik.” Beliau mengatakan, “Apabila seseorang yang menunaikan haji berangkat dengan biaya yang baik, lalu ia meletakkan kakinya diatas kendaraan, kemudian ia menyeru, ‘labbaik allahumma labbaik,” maka ia akan diseur oleh penyeru dari langit, ‘Allah menerima hajimu; bekalmu halal, kendaraanmu halal, dan hajimu mabrur, bukannya ma’zur.’ Apabila ia berangkat dengan nafkah yang butuk, lalu ia menempatkan kakinya diatas kendaraannya, kemudian ia menyeru  labbaik allahumma labbaik’ maka penyeru dari langit akan menyerunya, ‘Hajimu tidak diterima, bekalmu haram, nafkahmu haram, dan hajimu ma’zur bukan ma’jur (diberikan ganjaran).”
Dari pnegertian diatas sudahjelas jika seseorang ingin dikatakan menjadi haji mabrur maka ia harus mengintropeksi dirinya sendiri mengenai niatnya bernagkat haji, hartanya halal atau harum, bukan yang sudah berangkat haji itu bisa dikatakan menjadi haji mabrur. Haji mabrur atau tidakanya haji seseorang itu Allah SWT yang menegetahuinya.
Diantara tuntutan-tuntutan yang harus dipenuhi agar dapat menjadi haji mabrur adalah tidak mengurangi satu kewajiban dari kewajiban-kewajiban, tidaknya mengabaikan adab-adab dan sunnah-sunnah, memperbanyak ketaatan, ibadah, dan memberikan infak. (B71213054/ cholis).

0

prinsip etika dakwah dan permasalah dakwah

Posted in


A.    Pengertian etika
Istilah etika bersal dari bahasa yunani kuno yaitu “ethos” dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arati seperti tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaaan, adat, akhlak, watak, perasaaan sikap, cara berfikir.[1]K. Bertens, membedakan etika menjadi tiga arti yaitu :
1.      Etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moreal yang menjadi pengangaan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
2.      Etika adalah kumpulan asas atau nilai moral.
3.      Etika dalah ilmu tentang yang baik dan buruk.
Selain itu etika dapat diartikan sebgaimana dalam beberapa arti berikut ini:
1.      Pandangan benar dan salah menurut rasio.
2.      Moralitas atau suatu tindakan yanjg didasarkan pada ide filsafah.
3.      Kebenaran yang bersifat universal.
4.      Tindakan yang melahirkan konsekuensi logis yang baik bagi kehidupan manusia.
5.      Pandangan tentang nilaiperbuatan baik dan perbuatan buruk yang bersifat relatif dan bergantung pada situasi dan kondisi.
Dari pendapat diatas, bisa diartikan bahwa etika adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pengangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Dengan demikian kumpulan asas atau nilai moral tersebut diharapkan dapat digunakan untuik mengatur tingkah laku individu atau kelompok agar sesuai dengan tatanan nilai yang di inginkan.

B.     Pengertian etika dakwah, persoalan etika dakwah dan hikmah dalam beretika.
Urgensi etika dakwah, asumsi tersenbut antara lain: pertama islam sebagai yang mulia mutlak harus didakwahkan secara baik dan benar. Kedua, dakwah itu harus sukses, ketiga, dalam berdakwah ada nilai yang harus dipatuhi, keempat, dalam berdakwah harus memperhatikan situasi dan kondisi.
Secara umum etika dakwah menunjukkan pada dua hal yaitu ; Pertama, sebagai disiplin ilmu yang mepelajari nilai-nilai dan pemebenaranya. Kedua, sebgai pokok permasalahan disiplin ilmu itu sendiri yaitu nilai-nilai kehidupan yang sungguhnya dan hukum-hukum tingkah laku.
Selain itu, etika juga dapat membantu manusia bertindak secara bebas dan dapat memeptangung jawabkannya, etika memeberi manusia untuk berorientasi tentang bagaimana ia menjalani hidupnya melaui rangkaian tindakan sehari-hari.
Berkaitan dengan etika dakwah tentunya memiliki peranan yang besar dalam mempersiapkan dalam mempersiapkan kader da’i yang etis dan profesional. Selain itu profesionalisme juga terlihat dari prilaku dan apa yang ada dalam dirinya. Setelah orang memiliki nilai-nilai etis, tentunya akan melahirkan profesionalisme. Jika seseorang dai memiliki sifat ini, yakni etis dan profesionalisme, maka tenbtunya kegiatan dakwahnya akan berjalan secara optimal.
Namum demikian dari relitas dan fakta yang ada, tenyata  memiliki dua konotasi yangtidak sedikit disebabkan oleh etika para dainya. Antara lain banyaknya dai yang menempatkan dirinya pada bidang yang bertolak belakang dengan inti maupun subtansi amar ma’ruf nahi mungkar. Contohnya adalah seoarang da’i yang menjadi juru kampanye dalam partai politik atau iklan komersil yang dengan kemahiran retorikanya, ia mengolah ayat atau hadist untuk menjadikan bahan melegitimasi tindakan-tindakan tertentu yang tidak sejalan dengan etika islam secara umum atau etika dakwah secara khusus.
C.    Beberapa prinsip etika dakwah
Beberapa pronsip yang harus dijadikan acuan etika dalam berdahwah.
a.       Pertama, memahami haikat dakwah dan apa yang diajarkan dengan landasan ilmu yang benar. Hal ini sesuai dengan petunjuk Alqur’an dalam surat yunus ayat 108 yaitu: “ katakanlah:”hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu (Al-Qur’an) dari tuhanmu sebab itu barang siapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barang siapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatan itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap hidup dirimu”.
b.      Kedua etikadakwah yanbg juga sebgai prinsipnya adalah tidak memaksa kehendak. Hal ini mengigat ketetapan Allah dalam banayak ayat Alqur’an surat yunus ayat 99.  “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya”
c.       Ketiga jangan mempersulit masalah dan mengedepankan kemudahan. Hal ini ditetapkan Allah dalam firmanya di surat Al baqoroh ayat 145. “ Allah mengendaki kemudahan bagi kalian dan tidak menghendaki kesukaran dirimu”.
Disamping itu ada beberapa prinsip yang harus dijasikan acuan etika dalam berdakwah diatas, maka juga ketika dalam proses berkomunikasi dakwah, seorang pendakwah wajib mempertimbangkan patut tidaknya sebuah pesan yang disampaikan kepada mad’u. Misalnya pesan yang bisa menyinggug perasaan umat beragama, suku, ras, dan golongan tertentu. Dalam Al Qur’an banyak ditemukan tuntunan yang sangat bagus dalam etika berkomunikasi dakwah ini. Beberapa istilah yang ditemui adalah:
a.       Qawlan Ma’rufan
Qaulan ma’rufan berarti perkataan yang baik. Qaulan ma’rufan, berarti pembicaraan yang bermanafaaat, memeberikan pengetahuan, mencerahkann pemikiran, menunjukkan pemecahan masalah atau kesulitan. Kepada orang yang lemah, seseorang bila tidak bisa membantu secara material, maka ia harus memberikan bantun secara psikologis.  Allah SWT. Berfirman Qawlan ma’rufan dan pemberian maaaf lebih baik dari pada sedekah yang di ikuti dengan perkataan yang menyakitkan. Sebagaimana firman-Nya berikut ini.

قَوْلُُ مَّعْرُوفُُ وَ مَغْفِرَةٌ خَيْرُُ مِّنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَآأَذًى وَاللهُ غَنِيٌّ حَلِيمُُ
"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Mahakaya lagi Maha Penyantun." (Al-Baqarah: 263).
Berkomunikasi yang baik sebagaimana digambaran ayat di atas adalah bagimana seseorang melakukan penolakan secara halus. Sementara maksud pemberian maaf di sini adalah bagimana seseorang bisa memanfaatkan tingkah laku yang berkurang sopan dari si peminta. Artinya, ajaran islam mementingkan perasaan orang lain supaya jangan tersinggung oleh ungkapan yang tidakn  ma’ruf. Etika tersebut tentu akan lebih penting lagi, jika dilihat dari sudut komunikasi publik yang jumlah mad’u-Nya.bersifat massal. Jika seseorang tidak mampu berkomunikasi (lisan maupun tulisan) secara baik dan pantas dengan publik, maka sebetulnya ia dinilai sebagai orang yang tidak mempunyai etika komunikasi dakwah.
b.      Qawlan Kariman
Ungkapan qawlan kariman dalam al-quran tersebut dalam surat Al-Isra’ ayat 23 berikut ini :
“dan tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”

Dalam ayat di atas dijelaskan tuntunan komunikasi dalam islam pada manusia yang posisinya lebih rendah kepada orang lain yang posisinya lebih tinggi, apalagi orang tua sendiri yang sangat besar jasanya dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya. “qawlan kariman, menyiratkan satu prinsip utama dalam komunikasi dakwah: penghormatan. Komunikasi dalam dakwah, harus memperlakukan oranglain dengan penuh rasa hormat.

c.       Qawlan maysuran
Dalam al-quran ditemukan istilah qawlan masyuran yang merupakan tuntutan komunikasi dengan mempergunakan bahasa yang mudah di mengerti dan melegakan perasaan. Allah swt telah berfirman berikut ini :

“Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yuang pantas.

Jika dilihat akar kata maysuran, yakni yasara, maka secara etimologis pengertiaanya adalah “mudah”. Al-maraghiy dalam tafsirnya memberikan pengertian dengan “muda lagi lemah lembut”. Sedangkan Menurut Jaladuddin Rahmat qawlan maysuran sebenarnya lebih tepat diartikan “ucapan yang menyenangkan”, lawannya adalah “ucapan yang menyulitkan”. Maysur berasal dari kata yusr, yang berarti gampang, mudah, ringan,. Bila qawlan maysuran berisi hal-hal yang menggembirakan. Para ahli komunikasi menyebutkan dua dimensi komunikasi. Ketika seseorang berkomunikasi sesesorang bukan hanya menyampaikan isi (conten), tetapi juga mendefinisikan hubungan sosial (relations) diantara para pelaku komunikasi (pendakwah dan mad’u). Demikianlah bentuk komunikasi yang hangat di dalam Islam, sehingga penolakan permintaan tidak boleh menyinggung perasaan orang lain, suatu komunikasi yang sangat indah memelihara keharmonisan dalam tata pergaulan umat. Meskipun komunikasi diatas lebih berkonotasi dalam suasana tatap muka, namun kehangatan komunikasi serta ungkapan lemah lembut, mudah dimengerti juga berlaku juga pada dimensi yang lain.



d.      Qawlan balighan
Qawlan balighan merupakan ungkapan yang memiliki arti perkataan yang mengena. Allah swt berfirman :

“ mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.

 Yang dimaksudkan adalah orang munafik ketika diajak mematuhi hukum-hukum Allah, mereka menghalangin orang lain untuk patuh. Orang-orang seperti inilah yang perlu dihindari, diberi pelajaran, diberi penjelasan dengan cara ungkapan yang mengesankan. Karena qawlan balighan diperlukan untuk menghadapi orang-orang islam yang bersifat munafik, karena orang munafik lebih berbahaya dibandingkan dengan orang non islam.

e.       Qawlan layyinan
Qawlan layyinan secara harafiah berarti komunikasi yang lemah lembut. Sebagaiman firman Allah berikut ini :

“maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut”.

Contohnya seperti Allah memerintahkan agar Nabi Musa dan Nabi Harun agar berdialog dengan Fir’aun secara lemah lembut. Inilah komunikasi yang efektif diajarkan oleh islam. Karena berkomunikasi harus dilakukan dengan lemah lembut tanpa emosi apalagi mencaci maki terhadap orang yang ingin dibawa ke jalan yang benar. Dengan cara seperti ini bisa lebih cepat dipahami dan diyakini oleh lawan dialog.
f.       Qawlan sadidan
Istilah dari qawlan sadidan disebut dua kali dalam al-Qur’an. Pertama, dalam surat An-nisa’ ayat 9 :

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.

Kedua, dalam surat Al-ahzab ayat 70-71 berikut ini :
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagi dosa-dosa mu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasulnya, maka seseungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.

Prinsip berkata benar merupakan prasarat untuk mensejahterahkan generasi mendatang. Hal ini berarti kemampuan berkata benar menjadi prasarat untuk menghasilkan karya yang berkualitas. Maksudnya tanpa kemampuan komunikasi yang benar, maka akan sulit menghasilkan karya yang berkualitas. Dan sifat takwa dan prinsip perkataan akan mengantar orang kepada pengampunan dosa-dosanya dan kesuksesan yang besar.




FENOMENA ETIKA DAKWAH
Menggugat Kesaksian Ustadz  “Ida Bagus” Abdul Aziz
(Oleh: I. K. Sugiartha)
Apakah sama  agama dan  tradisi?  Secara umum dapat dijelaskan, bahwa Agama  adalah pengikat jiwa yang menuntun jalan mencapai Tuhan. Sementara tradisi adalah kebiasaan-kebiasaan di dalam melaksanakan ajaran agama.   Namun  seorang Ustadz Abdul Aziz,   yang mengaku mantan Hindu,  mengidentikan tradisi  dengan agama Hindu.  Padahal  Pak Ustadz ini,  katanya, sudah  menyandang gelar  sarjana agama (SAg) Hindu dan sudah belajar Hindu selama 25 tahun, serta  menguasai Yoga Samadi. Bukan main. Tetapi, kenapa dia meninggalkan Hindu. Benarkah Mantram Tryambakam kalah dengan  suara Takbir?
Kesaksian Menjadi Muslim
Inilah rangkuman kesaksian Ustadz Abdul Aziz yang disampaikan di dalam sebuah pengajian  yang bertajuk  ‘’Kesaksian Hidayah Mantan Pemeluk Hindu’’ di Surakarta, Jawa Tengah,  pada Rabu, 21 Juli 2010, rekamannya beredar di tengah-tengah masyarakat,  penulis sampaikan dengan gaya bertutur seperti berikut ini.
Sebelum saya masuk Islam, agama saya adalah Hindu.  Pendidikan saya Sarjana Agama  Hindu.  Saya mempelajari Hindu sudah dua puluh lima tahun.  Orang mungkin tidak akan percaya kalau saya bisa  sampai masuk Islam. Saya berkasta brahmana. Nama depan saya  ‘’Ida Bagus’’ (dia tidak menyebutkan nama Hindunya).  Saya menguasai yoga samadi.
Saya melakukan praktek yoga samadi di Pura Mandara Giri Lumajang bersama beberapa orang teman saya.  Pada suatu hari saya disarankan untuk membaca Mantram Tryambakam. Saya pun terus aktif  membaca Mantram Tryambakam, pagi, sore dan malam. Pada hari ketiga yang melakukan yoga samadi, saya diuji Tuhan, ribuan nyamuk datang dan mengerubuti saya. Saya kemudian bacakan Mantram Tryambakam, nyamuk itu hilang. Pada hari kelima saya melakukan yoga semadi,  saya lagi diuji Tuhan,  aroma bau busuk menebar dari tubuh saya. Saya kemudian membacakan Tryambakam, bau busuk di tubuh saya  pun hilang.
Pada hari ketujuh saya melakukan yoga samadi,  tiba-tiba hati saya berdebar-debar. Saya terus membaca Tryambakam, tetapi guncangan hati saya tidak berhenti. Dalam situasi  berdebar-debar,  tiba-tiba saya mendengar suara takbir ‘’Allahuakbar … Allahuakbar’’. Padahal malam itu bukan malam idul fitri, lantas dari mana suara takbir itu datang. Saya coba lawan dengan Mantram Triyambakam, namun  suara takbir itu tidak hilang, malah suaranya semakin jelas dan kuat. Dari situ saya kemudian berpikir  bahwa ini adalah hidayah bagi saya. Saya kemudian masuk Islam pada tahun 1995,  dan  naik haji pada tahun 1996. Sepulang saya dari haji,  kedua orang tua saya dan lima saudara saya  semua ikut dengan saya masuk agama islam.

Panca Yajna:  Upacara Selamatan?
Tidak ada maksud sedikitpun dari penulis  untuk  mencampuri urusan privacy seorang Ustazd Abdul Aziz, lebih-lebih mengenai pilihan jalan (agama) penuntun hidupnya.  Cuma saja, yang mengundang  perhatian saya, karena   di dalam ceramahnya yang  berdurasi sekitar  satu setengah jam (dua CD) tersebut, Pak Ustadz  telah menjadikan ajaran ‘’Agama’’ Hindu sebagai bahan  banyolan, di antaranya seperti kalimat-kalimat yang dicetak miring berikut ini:
 Pertama. Panca Yajna adalah  lima  upacara selamatan di dalam agama Hindu, masing-masing:
  1. 1.      Dewa yajna yakni selamatan kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa.
  2. 2.      Rsi yajnya adalah selamatan kepada  orang-orang yang dianggap suci.
  3. 3.      Pitra yajna adalah selamatan kepada roh leluhur.
  4. 4.      Manusa yajna adalah selamatan kepada  manusia.
  5. 5.      Butha yajna adalah selamatan kepada  mahluk bawahan.
Melakukan selamatan ini adalah wajib hukumnya di dalam Agama  Hindu. Contoh  selamatan pada hari kematian, acaranya berlangsung pada hari pertama, ke-3, ke-7, ke-40,  ke-100 dan  nyewu (hari ke-1000).   ‘’Kalau tidak  punya uang untuk melaksanakan selamatan, wajib utang kepada tetangga. (jamaah tertawa).
            Sebab  bila keluarga yang meninggal tidak diselamatin, rohnya akan gentayangan,  menjelma menjadi hewan,  binatang, bersemayam di keris dan jimat, dll. Makanya pohon-pohon diberi sarung, dan pada setiap hari Sukra Umanis jimat dan keris diberi minum kopi. ‘’Sedangkan yang melaksanakan selamatan, dapat tiket langsung masuk surga.’’  Di dalam Islam tidak ada selamatan-selamatan, tetapi yang ada adalah sedekoh. Sedekoh punya kelebihan dari selamatan yakni memberikan sedekoh ketika kita punya kelebihan yang biasanya dilakukan pada menjelang bulan puasa. Jadi bukan hasil utang.
Istilah selamatan  tidak ada di dalam Hindu, apalagi selamatan atas kematian. Adapun rangkaian upacara kematian di dalam Hindu seperti  nelun, ngaben, ngeroras (memukur) dll. pada intinya  merupakan penyucian sang jiwa dari unsur badan fisik, mendoakan agar perjalanan sang jiwa tidak mendapatkan halangan,  memperoleh ketenangan dan kedamaian di alam pitra. (Kitab Asvalayana Griha Sutra).  Masalah dia (sang jiwa) mendapat tiket ke sorga atau akan masuk neraka, tergantung dari  bekal  karmanya. Yang jelas sangat tidak ditentukan oleh acara selamatan.
Apalagi kalau dikatakan bahwa  roh yang tidak diselamatin  akan gentayangan, menjelma jadi hewan atau pohon,  itu  ada di cerita film kartun. Proses reinkarnasi berlangsung puluhan bahkan mungkin sampai ratusan  tahun. Sementara pohon-pohon di berikan busana (sarung: menurut Ustazd Abdul Aziz),  adalah  sebagai  tanda bahwa pohon-pohon  tersebut dilestarikan dan tidak boleh ditebang sembarangan. Ini wujud bahwa Hindu cinta lingkungan.
Kedua.  Di dalam agama Hindu, dalam memberangkatkan mayat ada tradisi trobosan yakni berjalan menerobos di bawah keranda mayat, sebagai wujud bhakti kepada orang tua yang meninggal. Dan ketika mayat ditandu ke kuburan, di sepanjang jalan dipayungi. Apakah mayatnya kepanasan? Belum pernah mati kok tahu mayat kepanasan. Di Islam acara-acara semacam itu tidak ada dasar hukumnya baik di hayat maupun hadist.
Ketiga.  Apakah Tuhan Hindu minta makan? Lihat ini, Dewa makan bubur hangat. Dewa  Brahma masih  doyan pisang rebus  (Ustadz menunjukkan  gambar Brahma disertai sesajen termasuk tumpeng). Tumpeng bagi Hindudianggap simbol Tri Murti. Barang siapa yang bisa membikin tumpeng, berarti dia sudah masuk Hindu.
Bisa membuat tumpeng berarti masuk Hindu? Ini bombastis. Untuk menjadi Hindu ada proses ritualnya, di antaranya upacara sudi widana dan mengucapkan Panca Sradha.  Banyak orang muslim, kristen dan Budha yang pandai  membuat tumpeng, apakah itu berarti mereka masuk Hindu? 
Para Wali Menjiplak Weda?
            Menanggapi  pertanyaan seorang jamaah mengenai film  seri kartun ‘’Little Krsna’’ di  TV, Ustadz Abdul Aziz  mengatakan, ‘’Hati-hati, awasi anak-anak kita, itu cara-cara orang di luar muslim untuk melakukan cuci otak terhadap anak-anak kita (muslim).’’   Sedangkan setahu saya,  cuci otak itu adalah cara teroris untuk merekrut anggota. Teroris itu siapa?  Tidak pernah ada di dalam Hindu gerakan cuci otak untuk merekrut orang (agama) lain. Yang ada malah sebaliknya, orang di luar Hindu yang sibuk melakukan gerakan konversi untuk  memperoleh tabungan pahala.
Benarkah para wali dulu mengubah (menjiplak) doa-doa Hindu ke dalam bahasa Alquran?’’  Atas pertanyaan seorang jamaah lainnya ini, Ustadz Abdul Aziz tidak  kuasa menjawab. ‘’Saya tidak berani  menjawab pertanyan ini, karena saya tidak punya referensi sebagai dasar,’’ tangkisnya. Apa  makna di balik kata tidak berani tersebut? Apa benar dia tidak punya referensi?
Seorang ustadz yang  mengaku telah belajar weda selama 25 tahun,  tetapi referensi yang disampaikan  kok malah muter-muter  soal tradisi melulu; acara selamatan, terobosan,  memayungi mayat, pohon pakai sarung, keris dan jimat minum kopi, membuat tumpeng.
Padahal harus disadari, yang namanya tradisi tentulah berbeda sesuai dengan desa,  kala, patra (tempat, waktu dan keadaan), baik di dalam satu agama apalagi beda agama. Semua agama punya tradisi, termasuk di kalangan umat Islam.  Tetapi sepanjang hal itu dilakukan sebagai ungkapan rasa bhakti,  rasa hormat dan doa,  kenapa tidak diapresiasi. Tidak ada dasar hukumnya (bida’ah)?  Sekarang zaman komputerisasi, di mana-mana orang pakai laptop,  HP, pesawat terbang, sepeda motor, apakah juga bida’ah menurut Islam?
Selama berceramah, tidak ada sepotong filsafatpun yang terlontar dari mulut sang ustadz.  Sementara  esensi dari ajaran Hindu  ada pada filsafat. Di situ logika dimainkan, bukan sekedar keyakinan semu dengan menelan  mentah ayat-ayat.
Mantram Tryambakam adalah syair yang sakral dan memiliki kekuatan (energi)  gaib. Kalau sekedar ngusir nyamuk dan menghilangkan bau busuk, ngapain harus melakukan yoga samadi sampai tujuh hari tujuh malam, cukup dengan autan saja. Sedangkan di dalam melakukan yoga samadi,  pada  tahap tertentu, berbagai bentuk godaan bisa saja  muncul.   Namun hal itu bukanlah petunjuk Tuhan (hidayah),  malah  bila kita tidak kuat bisa terjerumus.[2]


[1] Lihat K. Bertens. Etika (jakarta: Gramedia, 2007) h. 4.
[2] http://www.sarkub.com/2011/kebohongan-abd-aziz-ustad-wahabi-dibongkar-oleh-pemeluk-hindu/

Selasa, 05 Mei 2015

0

Fenomena Makan Tidak Membayar Di Kantin UINSA

Posted in







Rounded Rectangle: Doc.
cholis
“Banyaknya mahasiswa yang tidak mau membayar setelah makan dikantin dengan berbagai alasan”
Rounded Rectangle: Eeg saat melayani para pelanggannya. Kurangnya pengawasan dari para pedangang warteg di kantin Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA). Menyebabkan mahasiswa yang kurang bertangung jawab melakukan aksinya makan dikantin tanpa mau membayar apa yang sudah dimakan. Kejadian itu sudah sudah berlangsung lama mulai adanya kantin hingga saat ini hal itu terjadi di kantin UINSA. Walaupun kantin sudah pernah dipindah di berbagai tempat dengan alasan tertentu hal itu tak menyurutkan pelaku makan tidak membayar. “dulu digedung lalu dipindah disebelah asrama putra sekarang di samping Auditorium, masih ada mahasiswa yang tidak membayar,” tutur Eeg penjual makanan di warteg pojok kantin UINSA
Mulai Januari 2014 lalu kantin UINSA dipindah sebelah Auditorium UINSA dikarenakan adanya proyek pembangunan gedung baru oleh kampus UINSA. Dengan harga sewa yang tidak terlalu mahal bagi para penjual di kantin UINSA yaitu Rp. 1.000.000. per M/thn. Kondisi kantin saat ini yang sempit dari tempat yang terdahulu tetapi tempat sekarang itu lebih bersih dari pa tempat lamanya. Dengan hal itu tak menyurutkan mahasiswa untu tidak membayar. “ pasti ada yang tidak bayar kan mahaiswa walapun tempatnya sudah sempit,” ujar Eeg penjual kantin pojok, yang sudah berjualan 10 tahun mulai 2003. Dia sudah mengetahui seluk beluk problematika kantin UINSA.
 Dia menuturkan bahwa setelah bangunan baru itu selesai kantin akan pindah ketempat semula. “pasti biaya sewanya semakin mahal karena bangunanya baru dan bagus” ungkap penjaga kantin yang bersal dari jawa tengah yang sudah menetap di Surabaya.
Walaupun harga makanan relatif terjangkau oleh kantong mahasiswa. Harga rata-rata makan dikantin UINSA mulai dari Rp. 8.000 (nasi ayam). Tidak menghentikan prilaku mahaiswa yang masih tak mau membayar apa sudah yang dimakanya. “ ada yang bilang ada jam kuliah, hutang tidak bayar, ada yang langsung pergi ada juga yang makan 5 bayarnya 2” kata sandi pelayan warteg kantin UINSA. Begitulah trik yang digunakan oleh mahasiswa untuk mengelabuhi para pedagang makanan di kantin UINSA.
Bahkan ada yang mengaku mahasiswa Pasca Sarjana UINSA untuk mengelabuhi para pedagang. Hal ini diperjelas oleh penjual warteg Hj. Alwi “ ada yang mengaku mahasiswa Pasca sarjana UINSA, pertama dia mau membayar, lalu ke 2, 3, 4. Tidak membayar walaupun sudah saya tegur, dia berkata sudah membayarnya,” ujar penjaga warteg Hj. Alwi saat diwawancarai.
Para penjual dikantin UINSA sudah menegetahui semua trik yang dilakukan mahasiswa sehingga tidak harus membayar makanan yang sudah di makan. Bahkan para penjualnya biasanya sudah bisa mengenali wajah mahaiswa yang sering tidak membayar namun dia tidak mengetahui siapa dia dan dari jurusan mana. Diperjelas oleh pernyataan pedagang yang sering dipangil emak “saya sudah tahu siapa yang tidak bayar, sampai hafal wajahnya namun tidak tahu namanya,” saat diwawancari di kantin UINSA.(chl)