filsafat renainsanse
Posted in makalah
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur dipersembahkan kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan
kita nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat serta pengikutnya
hingga akhir zaman.
Makalah ini berisi tentang Sejarah Filsafat Masa Keemasan yang
dibuat untuk memberikan informasi dan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang
sejarah filsafat zaman keemasan.
Harapan kami selaku penyusun, semoga informasi dan pembahasan
dalam makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan dalam mempelajari sejarah
filsafat masa keemasan dan dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dan
sebagai bahan persentasi kami kepada teman-teman semoga dapat diambil
manfaatnya.
Akhir kata, segala upaya penyusunan makalah ini kami selaku
penyusun sadar masih banyak kekurangannya di sana-sini, untuk itu kritik dan
saran yang sifatnya membangun dan perbaikan selanjutnya sangat dinantikan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Surabaya, 11 november
2013
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR …………………………………………………… 1
DAFTAR ISI
…………………………………………………………….... 2
BAB I : PENDAHULUAN ………………………………………….. 3
A. Latar Belakang ……………………………………………………………... 3
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………….. 3
C. Tujuan ………………………………………………………………………. 4
BAB II :
PEMBAHASAN ……………………………………………... 5
A. Pengertian Filsafat Renaisence...................................................................................
5
B. Kemunculan Filsafat Reneisence................................................................................ 8
C. Zaman Keemasan Filsafat Reneisence....................................................................... 8
D. Humanism dan Individualisme.................................................................................... 9
E. Tokoh-tokoh Zaman keemasan.................................................................................
11
BAB III:
KESIMPULAN .................................................................................. 13
SARAN ......................................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA..........................................................................................
14
BAB I
Pendahuluan
1.1 latar
belakang
Tradisi pemikiran barat dewasa ini merupakan peradigma
bagi pengembangan budaya barat dengan implikasi yang sangat luas dan sangat
mendalam di semua segi dari seluruh kehidupan ini. Memahami tradisi pemikiran
barat sebagaimana tercermin pada pandangan filsafatnya, merupakan kearifannya
tersendiri, karena kita akan melacak segi-srgi positifnya yang layak kita tiru
dan menemukan sisi-sisi negatifnya untuk tidak kita ulangi.
Ditinjau dari sudut sejarah, filsafat barat memiliki
empat periodisasi. Periodisasi bini didaserkan pada corak peda pemikiran yang
domonan pada masa itu. Pertama, adalah zaman yunani kuno, cirri yang menonjol
dari filsafat yunani kuno adalah ditunjukkannya perhatian terutama pada
pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan asal mulayang
merupakan unsur awal terjadinya gejala-gejala.pera filoosof pada mas ini
mempertantyakan asal usul pemikral filsafat pada zaman ini disebut kosmosentrs.
Kedua, adalah zaman abad pertengahan, cirri-ciri pada zaman ini disebur
teosentris. Para filosof pada masa ini memeakai pikiran filsafat untuk
memperkuat dogma-dogma kristiani. Akibatna perkembanagn alam pemikira eropa
pada zaman pertengahan sanggat terkendala oleh keharusan untukdi sesuaikan
genban ajaran agama.
Maka dari itu kami dari kelompok enam akan menjelaskan
secara lebih lanjut tentang filsafat renesaince.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian filsafat reneisence?
2.
Bagaimana kemunculan filsafat reneisence ?
3.
Bagaimana Zaman Keemasan Filsafat Reneisence?
4. Apa itu
Humanisme dan Individualisme?
5. Siapakah tokoh-tokoh pada zaman keemasan?
1.3 Tujuan
1. untuk
mengetahui makna dari filsafat reneisence
2.
mengetahui bagaimana awal kemumculan filsafat reneisence
3.untuk
mengetahui bagaimana zamaan keemasan
4.
mengetahui apa itu humanism dan individualism
5. untuk
mengetahui siapakah tokoh-tokoh pada zaman filsafat reneisence
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat Reneisence
Renaissance
berarti “lahir kembali”. Pengertian riilnya adalah manusia mulai memiliki
kesadaran-kesadaran baru yang mengedepankan nilai dan keluhuran manusia.
Suasana dan budaya berpikirnya memang melukiskan “kembali” kepada semangat
awali, yaitu semangat filsafat Yunani kuno yang mengedepankan penghargaan
terhadap kodrat manusia itu sendiri.[1]
Zaman renaissance sering disebut sebagai sebagai zaman
humanisme, sebab pada abad pertengahan manusia kurang dihargai sebagai manusia,
kebenaran diukur berdasarkan kebenaran gereja, bukan menurut yang dibuat
oleh manusia. humanisme menghendaki ukuran haruslah manusia, karena manusia
mempunyai kemampuan berpikir, berkreasi, memilih dan menentukan, maka humanisme
menganggap manusia mampu mengatur dirinya dan mengatur dunianya. Ciri utama
renaissance dengan demikian adalah humanisme, individualisme, lepas dari agama.
Manusia sudah mengandalkan akal (rasio) dan pengalaman (empiris) dalam
merumuskan pengetahuan, meskipun harus diakui bahwa filsafat belum menemukan
bentuk pada zaman renaissance, melainkan pada zaman sesudahnya, yang berkembang
pada waktu itu sains, dan penemuan-penemuan dari hasil pengembangan sains yang
kemudian berimplikasi pada semakin ditinggalkan agama kristen karena semangat
humanisme. Fenomena tersebut cukup tampak pada abad modern.[2]
Filsafat Barat Pada Masa Renaissance
Tidak mudah menentukan batas yang jelas mengenai akhir zaman
pertengahan dan awal yang pasti dari zaman modern. Hal ini disebabkan perbedaan
pandangan para ahli sejarah tentang peralihan zaman pertengahan ke zaman
modern. Sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa zaman pertengahan berakhir ketika
Konstantinopel ditaklukkan oleh Turki Usmani pada tahun 1453 M. Peristiwa
tersebut dianggap sebagai akhir zaman pertengahan dan titik awal zaman modern.[3]
Abad Pertengahan adalah abad ketika alam pikiran dikungkung
oleh Gereja. Dalam keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat dibatasi,
sehingga perkembangan sains sulit terjadi, demikian pula filsafat tidak
berkembang, bahkan dapat dikatakan bahwa manusia tidak mampu menemukan dirinya
sendiri. Oleh karena itu, orang mulai mencari alternatif. Dalam perenungan
mencari alternatif itulah orang teringat pada suatu zaman ketika
peradaban begitu bebas dan maju, pemikiran tidak dikungkung, sehingga sains
berkembang, yaitu zaman Yunani kuno. Pada zaman Yunani kuno tersebut orang
melihat kemajuan kemanusiaan telah terjadi. Kondisi seperti itulah yang hendak
dihidupkan kembali.[4]
Tidak dapat dinafikan bahwa pada abad pertengahan orang
telah mempelajari karya-karya para filosof Yunani dan Latin, namun apa yang
telah dilakukan oleh orang pada masa itu berbeda dengan apa yang diinginkan dan
dilakukan oleh kaum humanis. Para humanis bermaksud meningkatkan perkembangan
yang harmonis dari kecakapan serta berbagai keahlian dan sifat-sifat alamiah
manusia dengan mengupayakan adanya kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur
klasik Yunani. Para humanis pada umumnya berpendapat bahwa hal-hal yang alamiah
pada diri manusia adalah modal yang cukup untuk meraih pengetahuan dan
menciptakan
peradaban manusia. Tanpa wahyu, manusia dapat menghasilkan
karya budaya yang sebenarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa humanisme
telah memberi sumbangannya kepada renaisans untuk menjadikan kebudayaan
bersifat alamiah.[5]
Zaman renaisans banyak memberikan
perhatian pada aspek realitas. Perhatian yang sebenarnya difokuskan pada hal-hal
yang bersifat kongkret dalam lingkup alam semesta, manusia, kehidupan
masyarakat dan sejarah. Pada masa itu pula terdapat upaya manusia untuk memberi
tempat kepada akal yang mandiri. Hal ini dibuktikan dengan perang terbuka
terhadap kepercayaan yang dogmatis dan terhadap orang-orang yang enggan
menggunakan akalnya. Asumsi yang digunakan adalah, semakin besar kekuasaan
akal, maka akan lahir dunia baru yang dihuni oleh manusia-manusia yang dapat
merasakan kepuasan atas dasar kepemimpinan akal yang sehat.
Zaman ini juga sering disebut sebagai Zaman Humanisme.
Maksud ungkapan tersebut adalah manusia diangkat dari Abad pertengahan. Pada
abad tersebut manusia kurang dihargai kemanusiaannya. Kebenaran diukur
berdasarkan ukuran gereja, bukan menurut ukuran yang dibuat oleh manusia
sendiri. Humanisme menghendaki ukurannya haruslah manusia, karena manusia
mempunyai kemampuan berpikir. Bertolak dari sini, maka humanisme menganggap
manusia mampu mengatur dirinya sendiri dan mengatur dunia. Karena semangat
humanisme tersebut , akhirnya agama Kristen semakin ditinggalkan, sementara
pengetahuan rasional dan sains berkembang pesat terpisah dari agama dan
nilai-nilai spiritual.[6]
2.2 Kemunculan Filsafat Reneisence
Filsafat muncul di Yunani pada abad ke-7 SM. Filsafat muncul
ketika orang-orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia,
dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama
lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales
dari Mileta, sekarang di pesisir barat Turki. Sekitar pertengahan abad ke-5 SM,
Athena menjadi pusat baru seluruh kebudayaan Yunani. Pada masa ini
perkembangan filsafat mulai berpusat di Athena.Selanjutnya filsafat terus
berkembang dan mulai menguak apa yang sekaang disebut sebagai ‘ilmu
pengetahuan’.
Zaman keemasan filsafat juga disebut zaman renaissance.
Ditandai dengan berkembangnya pemikiran yang bersifat individualis dan humanis.
Pada zaman ini juga mulai bermunculan tokoh-tokoh yang kelak memberikan
kontribusi yang besar terhadap ilmu pengetahuan. Tokoh-tokoh tersebut
diantaranya Nicolaus Copernicus, Galileo Galilei, dan Johannes Kepler.
2.3 Zaman Keemasan Filsafat Reneisence
Zaman Keemasan filsafat lazimnya dikenal sebagai zaman renaisans
(renaissance). Istilah renaisans berasal dari bahasa Perancis yang
terdiri dari kata re yang berarti lagi atau kembali, dan
kata neissance yang berarti kelahiran atau kebangkitan. Zaman
renaisans adalah zaman kelahiran-kembali kebudayaan Yunani-Romawi di Eropa pada
abad ke-15 dan ke-16 M sesudah mengalami masa kebudayaan tradisional yang
sepenuhnya diwarnai oleh ajaran kristiani. Namun, orang-orang kini mencari
orientasi dan inspirasi baru sebagai alternatif bagi kebudayaan Yunani-Romawi
sebagai satu-satunya kebudayaan lain yang mereka kenal dengan baik.. Kebudayaan
klasik ini juga dipuja dan dijadikan model serta dasar bagi seluruh peradaban
manusia. Pada zaman ini telah dicapai titik puncak dalam bidang seni,
pemikiran, dan sastra.
Ciri utama renaisens adalah individualisme, humanisme,
lepas dari agama. Manusia sudah mengandalkan akal (rasio) dan pengalaman
(empiris) dalam merumuskan pengetahuan. Yang berkembang pada waktu itu sains,
dan penemuan-penemuan dari hasil pengembangan sains yang kemudian berimplikasi
pada semakin ditinggalkannya agama karena semangat humanisme. Fenomena tersebut
cukup tampak pada abad modern.
Kebudayaan Yunani-Romawi adalah kebudayaan yang menempatkan
manusia sebagai subjek utama. Filsafat Yunani, misalnya menampilkan manusia
sebagai makhluk yang berpikir terus-menerus memahami lingkungan alamnya dan
juga menentukan prinsip-prinsip bagi tindakannya sendiri demi mencapai
kebahagiaan hidup.
2.4 Humanisme dan Individualisme
Secara umum, individualisme dapat diartikan
sebagai satu filsafat yang memiliki pandangan moral, politik atau sosial yang menekankan
kemerdekaan manusia serta kepentingan bertanggung jawab dan kebebasan sendiri.
Tidak mudah menentukan batas yang jelas mengenai akhir zaman
pertengahan dan awal yang pasti dari zaman modern. Hal ini disebabkan perbedaan
pandangan para ahli sejarah tentang peralihan zaman pertengahan ke zaman
modern. Sebagian ahli sejarah berpendapat bahwa zaman pertengahan berakhir
ketika Konstantinopel ditaklukkan oleh Turki Usmani pada tahun 1453 M.
Peristiwa tersebut dianggap sebagai akhir zaman pertengahan dan titik awal
zaman modern.
Abad pertengahan adalah abad ketika alam pikiran dikungkung oleh
gereja. Dalam keadaan seperti itu kebebasan pemikiran amat dibatasi, sehingga
perkembangan sains sulit terjadi, demikian pula filsafat tidak berkembang,
bahkan dapat dikatakan bahwa manusia tidak mampu menemukan dirinya sendiri.
Oleh karena itu, orang mulai mencari alternatif. Dalam perenungan mencari
alternatif itulah orang teringat pada suatu zaman ketika peradaban
begitu bebas dan maju, pemikiran tidak dikungkung, sehingga sains berkembang,
yaitu zaman Yunani kuno. Pada zaman Yunani kuno tersebut orang melihat kemajuan
kemanusiaan telah terjadi. Kondisi seperti itulah yang hendak dihidupkan
kembali.
Pada abad pertengahan orang telah mempelajari karya-karya para
filosof Yunani dan Latin, namun apa yang telah dilakukan oleh orang pada masa
itu berbeda dengan apa yang diinginkan dan dilakukan oleh kaum humanis. Para
humanis bermaksud meningkatkan perkembangan yang harmonis dari kecakapan serta
berbagai keahlian dan sifat-sifat alamiah manusia dengan mengupayakan adanya
kepustakaan yang baik dan mengikuti kultur klasik Yunani.
Para humanis pada umumnya berpendapat bahwa hal-hal yang alamiah
pada diri manusia adalah modal yang cukup untuk meraih pengetahuan dan
menciptakan peradaban manusia. Tanpa wahyu, manusia dapat menghasilkan karya
budaya yang sebenarnya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa humanisme telah
memberi sumbangannya kepada renaisans untuk menjadikan kebudayaan bersifat
alamiah.
Zaman renaisans banyak memberikan perhatian pada aspek realitas.
Perhatian yang sebenarnya difokuskan pada hal-hal yang bersifat kongkret dalam
lingkup alam semesta, manusia, kehidupan masyarakat dan sejarah. Pada masa itu
pula terdapat upaya manusia untuk memberi tempat kepada akal yang mandiri. Hal
ini dibuktikan dengan perang terbuka terhadap kepercayaan terhadap orang-orang
yang enggan menggunakan akalnya. Asumsi yang digunakan adalah, semakin besar
kekuasaan akal, maka akan lahir dunia baru yang dihuni oleh manusia-manusia
yang dapat merasakan kepuasan atas dasar kepemimpinan akal yang sehat.
Zaman ini juga sering disebut sebagai Zaman Humanisme. Maksud
ungkapan tersebut adalah manusia diangkat dari Abad pertengahan. Pada abad
tersebut manusia kurang dihargai kemanusiaannya. Kebenaran diukur berdasarkan
ukuran gereja, bukan menurut ukuran yang dibuat oleh manusia sendiri. Humanisme
menghendaki ukurannya haruslah manusia, karena manusia mempunyai kemampuan
berpikir. Bertolak dari sini, maka humanisme menganggap manusia mampu mengatur
dirinya sendiri dan mengatur dunia. Karena semangat humanisme tersebut ,
akhirnya agama Kristen semakin ditinggalkan, sementara pengetahuan rasional dan
sains berkembang pesat terpisah dari agama dan nilai-nilai spiritual.
Menurut Mahmud Hamdi Zaqzuq, ada beberapa faktor penting yang
mempengaruhi kelahiran Renaisans, yaitu:
1.
Implikasi yang sangat
signifikan yang ditimbulkan oleh gerakan keilmuan dan filsafat. Gerakan
tersebut lahir sebagai hasil dari penerjemahan ilmu-ilmu Islam ke dalam bahasa
latin selama dua abad, yaitu abad ke-13 dan 14. Bahkan sebelumnya telah terjadi
penerjemahan kitab-kitab Arab di bidang filsafat dan ilmu pengetahuan. Hal itu
dilakukan setelah Barat sadar bahwa Arab memiliki kunci-kunci khazanah turas
klasik Yunani.
2.
Pasca penaklukan
Konstantinopel oleh Turki Usmani, terjadi migrasi para pendeta dan sarjana ke
Italia dan negara-negara Eropa lainnya. Para sarjana tersebut menjadi pionir-pionir
bagi pengembangan ilmu di Eropa. Mereka secara bahu-membahu menghidupkan turas
klasik Yunani di Florensia, dengan membawa teks-teks dan manuskrip-manuskrip
yang belum dikenal sebelumnya.
3.
Pendirian
berbagai lembaga ilmiah yang mengajarkan beragam ilmu.
Selain itu, ada beberapa faktor yang dikemukakan Slamet Santoso
seperti yang dikutip Rizal Mustansyir, yaitu:
1.
Hubungan antara
kerajaan Islam di Semenanjung Iberia dengan Prancis membuat para pendeta
mendapat kesempatan belajar di Spanyol kemudian mereka kembali ke Prancis
untuk menyebarkan ilmu pengetahuan yang mereka peroleh di
lembaga-lembaga pendidikan di Prancis.
2.
Perang Salib
(1100-1300 M) yang terulang enam kali, tidak hanya menjadi ajang peperangan
fisik, namun juga menjadikan para tentara atau serdadu Eropa yang berasal dari
berbagai negara itu menyadari kemajuan negara-negara Islam, sehingga mereka
menyebarkan pengalaman mereka itu sekembalinya di negara-negara masing-masing.
2.5 Tokoh-tokoh Filsafat Reneisence
Dalam bidang filsafat, zaman renaisans tidak menghasilkan karya
penting bila dibandingkan dengan bidang seni dan sains. Filsafat berkembang
bukan pada zaman itu, melainkan kelak pada zaman sesudahnya yaitu zaman modern.
Meskipun terdapat berbagai perubahan mendasar, namun abad-abad renaisans
tidaklah secara langsung menjadi lahan subur bagi pertumbuhan filsafat. Baru
pada abad ke-17 dengan dorongan daya hidup yang kuat sejak era renaisans,
filsafat mendapatkan pengungkapannya yang lebih jelas. Jadi, zaman modern
filsafat didahului oleh zaman renaisans. Ciri-ciri filsafat renaisans dapat
ditemukan pada filsafat modern. Ciri tersebut antara lain, menghidupkan kembali
rasionalisme Yunani, individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh agama dan
lain-lain.
Tokoh-tokoh yang berpengaruh pada masa tersebut diantaranya
adalah:
A.
Bidang
seni dan budaya
1. Albrecht Dührer
(1471-1528)
2. Desiserius Eramus
(1466-1536)
3. Donatello
4. Ghirlandaio
5. Hans Holbein
(1465-1506)
6. Hans Memling
(1430-1495)
7. Hieronymus Bosch (1450-1516)
8. Josquin de Pres
(1445-1521)
9. Leonardo da Vinci
(1452-1519)
10. Lucas Cranach (1472-1553)
11. Michaelangelo (1475-1564)
12. Perugino (1446-1526)
13. Raphael (1483-1520)
14. Sandro Botticelli (1444-1510)
15. Tiziano Vecelli (1477-1526)
B.
Bidang
Penjelajahan
1. Christopher Columbus
(1451-1506)
2. Ferdinand Magellan
(1480?-1521)
C.
Bidang
Ilmu Pengetahuan
1. Johann Gutenberg
(1400-1468)
2. Nicolaus Copernicus
(1478-1543)
3. Andreas Vesalius
(1514-1564)
4. William Gilbert
(1540-1603)
5. Galileo Galilei
(1546-1642)
6. Johannes Kepler
(1571-1642)
BAB
III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Zaman Keemasan filsafat lazimnya dikenal sebagai zaman renaisans
(renaissance). Istilah renaisans berasal dari bahasa Perancis yang
terdiri dari kata re yang berarti lagi atau kembali, dan
kata neissance yang berarti kelahiran atau kebangkitan. Ciri
utama renaisens adalah individualisme, humanisme, lepas dari agama. Manusia
sudah mengandalkan akal (rasio) dan pengalaman (empiris) dalam merumuskan
pengetahuan. Ciri-ciri filsafat renaisans dapat ditemukan pada filsafat
modern. Ciri tersebut antara lain, menghidupkan kembali rasionalisme Yunani,
individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh agama
DAFTAR PUSTAKA
ü
http://nuryandi-cakrawalailmupengetahuan.blogspot.com/2012/07/filsafat-modern-masa-renaissance.html
ü Mahmud, Hamdi
Zaqzuq –Dirosat Filsafat al-Haditsah, Kairo: Darol Tiba’at Muhammadiyah,
1998,
ü Tafsir, Ahmad
–Filsafat Umum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998,
ü Hadiwijono,
Harun –Sari Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta: Kanisius, 1993,
[1] http://pormadi.wordpress.com/2006/05/24/jaman-renaissance-abad-xv-xvi/
[3] Mahmud, Hamdi Zaqzuq
–Dirosat Filsafat al-Haditsah, Kairo: Darol Tiba’at Muhammadiyah, 1998,
hlm. 16.
[4] Tafsir, Ahmad –Filsafat
Umum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998, hlm. 109.
[5] Hadiwijono, Harun –Sari
Sejarah Filsafat Barat, Yogyakarta: Kanisius, 1993, hlm. 11.
[6] Tafsir, Ahmad –Filsafat
Umum, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998, hlm. 110.
0 komentar: