A. Pengertian
etika
Istilah etika bersal dari bahasa yunani kuno yaitu
“ethos” dalam bentuk tunggal mempunyai banyak arati seperti tempat tinggal yang
biasa, padang rumput, kandang, kebiasaaan, adat, akhlak, watak, perasaaan
sikap, cara berfikir.K. Bertens,
membedakan etika menjadi tiga arti yaitu :
1.
Etika
adalah nilai-nilai dan norma-norma moreal yang menjadi pengangaan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.
2.
Etika
adalah kumpulan asas atau nilai moral.
3.
Etika
dalah ilmu tentang yang baik dan buruk.
Selain itu etika
dapat diartikan sebgaimana dalam beberapa arti berikut ini:
1.
Pandangan
benar dan salah menurut rasio.
2.
Moralitas
atau suatu tindakan yanjg didasarkan pada ide filsafah.
3.
Kebenaran
yang bersifat universal.
4.
Tindakan
yang melahirkan konsekuensi logis yang baik bagi kehidupan manusia.
5.
Pandangan
tentang nilaiperbuatan baik dan perbuatan buruk yang bersifat relatif dan
bergantung pada situasi dan kondisi.
Dari pendapat diatas, bisa diartikan bahwa etika
adalah nilai-nilai dan norma-norma moral yang menjadi pengangan bagi seseorang
atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Dengan demikian kumpulan
asas atau nilai moral tersebut diharapkan dapat digunakan untuik mengatur
tingkah laku individu atau kelompok agar sesuai dengan tatanan nilai yang di
inginkan.
B. Pengertian
etika dakwah, persoalan etika dakwah dan hikmah dalam beretika.
Urgensi etika dakwah, asumsi tersenbut antara lain: pertama islam sebagai yang mulia mutlak
harus didakwahkan secara baik dan benar. Kedua,
dakwah itu harus sukses, ketiga,
dalam berdakwah ada nilai yang harus dipatuhi, keempat, dalam berdakwah harus memperhatikan situasi dan kondisi.
Secara umum etika dakwah menunjukkan pada dua hal
yaitu ; Pertama, sebagai disiplin
ilmu yang mepelajari nilai-nilai dan pemebenaranya. Kedua, sebgai pokok permasalahan disiplin ilmu itu sendiri yaitu
nilai-nilai kehidupan yang sungguhnya dan hukum-hukum tingkah laku.
Selain itu, etika juga dapat membantu manusia
bertindak secara bebas dan dapat memeptangung jawabkannya, etika memeberi
manusia untuk berorientasi tentang bagaimana ia menjalani hidupnya melaui
rangkaian tindakan sehari-hari.
Berkaitan dengan etika dakwah tentunya memiliki peranan
yang besar dalam mempersiapkan dalam mempersiapkan kader da’i yang etis dan
profesional. Selain itu profesionalisme juga terlihat dari prilaku dan apa yang
ada dalam dirinya. Setelah orang memiliki nilai-nilai etis, tentunya akan
melahirkan profesionalisme. Jika seseorang dai memiliki sifat ini, yakni etis
dan profesionalisme, maka tenbtunya kegiatan dakwahnya akan berjalan secara
optimal.
Namum demikian dari relitas dan fakta yang ada,
tenyata memiliki dua konotasi yangtidak
sedikit disebabkan oleh etika para dainya. Antara lain banyaknya dai yang
menempatkan dirinya pada bidang yang bertolak belakang dengan inti maupun
subtansi amar ma’ruf nahi mungkar.
Contohnya adalah seoarang da’i yang menjadi juru kampanye dalam partai politik
atau iklan komersil yang dengan kemahiran retorikanya, ia mengolah ayat atau
hadist untuk menjadikan bahan melegitimasi tindakan-tindakan tertentu yang
tidak sejalan dengan etika islam secara umum atau etika dakwah secara khusus.
C. Beberapa
prinsip etika dakwah
Beberapa pronsip yang harus dijadikan acuan etika
dalam berdahwah.
a.
Pertama, memahami haikat dakwah dan apa yang diajarkan
dengan landasan ilmu yang benar. Hal ini sesuai dengan petunjuk Alqur’an dalam
surat yunus ayat 108 yaitu: “ katakanlah:”hai manusia, sesungguhnya telah
datang kepadamu (Al-Qur’an) dari tuhanmu sebab itu barang siapa yang mendapat
petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan
barang siapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatan itu mencelakakan dirinya
sendiri. Dan aku bukanlah seorang penjaga terhadap hidup dirimu”.
b.
Kedua etikadakwah yanbg juga sebgai prinsipnya adalah
tidak memaksa kehendak. Hal ini mengigat ketetapan Allah dalam banayak ayat
Alqur’an surat yunus ayat 99. “Dan
jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi
seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang
yang beriman semuanya”
c.
Ketiga jangan mempersulit masalah dan mengedepankan
kemudahan. Hal ini ditetapkan Allah dalam firmanya di surat Al baqoroh ayat
145. “ Allah mengendaki kemudahan bagi kalian dan tidak menghendaki kesukaran
dirimu”.
Disamping itu
ada beberapa prinsip yang harus dijasikan acuan etika dalam berdakwah diatas,
maka juga ketika dalam proses berkomunikasi dakwah, seorang pendakwah wajib
mempertimbangkan patut tidaknya sebuah pesan yang disampaikan kepada mad’u. Misalnya pesan yang bisa
menyinggug perasaan umat beragama, suku, ras, dan golongan tertentu. Dalam Al
Qur’an banyak ditemukan tuntunan yang sangat bagus dalam etika berkomunikasi
dakwah ini. Beberapa istilah yang ditemui adalah:
a.
Qawlan
Ma’rufan
Qaulan
ma’rufan berarti perkataan yang baik. Qaulan ma’rufan, berarti pembicaraan yang
bermanafaaat, memeberikan pengetahuan, mencerahkann pemikiran, menunjukkan
pemecahan masalah atau kesulitan. Kepada orang yang lemah, seseorang bila tidak
bisa membantu secara material, maka ia harus memberikan bantun secara
psikologis. Allah SWT. Berfirman Qawlan
ma’rufan dan pemberian maaaf lebih baik dari pada sedekah yang di ikuti dengan
perkataan yang menyakitkan. Sebagaimana firman-Nya berikut ini.
قَوْلُُ مَّعْرُوفُُ وَ مَغْفِرَةٌ خَيْرُُ مِّنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَآأَذًى
وَاللهُ غَنِيٌّ حَلِيمُُ
"Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah
yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah
Mahakaya lagi Maha Penyantun." (Al-Baqarah: 263).
Berkomunikasi yang baik sebagaimana
digambaran ayat di atas adalah bagimana seseorang melakukan penolakan secara
halus. Sementara maksud pemberian maaf di sini adalah bagimana seseorang bisa
memanfaatkan tingkah laku yang berkurang sopan dari si peminta. Artinya, ajaran
islam mementingkan perasaan orang lain supaya jangan tersinggung oleh ungkapan
yang tidakn ma’ruf. Etika
tersebut tentu akan lebih penting lagi, jika dilihat dari sudut komunikasi
publik yang jumlah mad’u-Nya.bersifat
massal. Jika seseorang tidak mampu berkomunikasi (lisan maupun tulisan) secara
baik dan pantas dengan publik, maka sebetulnya ia dinilai sebagai orang yang
tidak mempunyai etika komunikasi dakwah.
b.
Qawlan
Kariman
Ungkapan
qawlan kariman dalam al-quran
tersebut dalam surat Al-Isra’ ayat 23 berikut ini :
“dan
tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia”
Dalam
ayat di atas dijelaskan tuntunan komunikasi dalam islam pada manusia yang
posisinya lebih rendah kepada orang lain yang posisinya lebih tinggi, apalagi
orang tua sendiri yang sangat besar jasanya dalam mendidik dan membesarkan
anak-anaknya. “qawlan kariman,
menyiratkan satu prinsip utama dalam komunikasi dakwah: penghormatan.
Komunikasi dalam dakwah, harus memperlakukan oranglain dengan penuh rasa
hormat.
c.
Qawlan
maysuran
Dalam
al-quran ditemukan istilah qawlan
masyuran yang merupakan tuntutan komunikasi dengan mempergunakan bahasa
yang mudah di mengerti dan melegakan perasaan. Allah swt telah berfirman
berikut ini :
“Dan
jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu
harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yuang pantas.
Jika
dilihat akar kata maysuran, yakni yasara, maka secara etimologis pengertiaanya
adalah “mudah”. Al-maraghiy dalam
tafsirnya memberikan pengertian dengan “muda lagi lemah lembut”. Sedangkan
Menurut Jaladuddin Rahmat qawlan maysuran
sebenarnya lebih tepat diartikan “ucapan yang menyenangkan”, lawannya
adalah “ucapan yang menyulitkan”. Maysur berasal
dari kata yusr, yang berarti gampang,
mudah, ringan,. Bila qawlan maysuran berisi
hal-hal yang menggembirakan. Para ahli komunikasi menyebutkan dua dimensi
komunikasi. Ketika seseorang berkomunikasi sesesorang bukan hanya menyampaikan
isi (conten), tetapi juga mendefinisikan hubungan sosial (relations) diantara
para pelaku komunikasi (pendakwah dan mad’u). Demikianlah bentuk komunikasi
yang hangat di dalam Islam, sehingga penolakan permintaan tidak boleh
menyinggung perasaan orang lain, suatu komunikasi yang sangat indah memelihara
keharmonisan dalam tata pergaulan umat. Meskipun komunikasi diatas lebih
berkonotasi dalam suasana tatap muka, namun kehangatan komunikasi serta
ungkapan lemah lembut, mudah dimengerti juga berlaku juga pada dimensi yang
lain.
d.
Qawlan
balighan
Qawlan
balighan merupakan ungkapan yang memiliki arti perkataan yang mengena. Allah
swt berfirman :
“
mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran,
dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.
Yang dimaksudkan adalah orang munafik ketika
diajak mematuhi hukum-hukum Allah, mereka menghalangin orang lain untuk patuh.
Orang-orang seperti inilah yang perlu dihindari, diberi pelajaran, diberi
penjelasan dengan cara ungkapan yang mengesankan. Karena qawlan balighan
diperlukan untuk menghadapi orang-orang islam yang bersifat munafik, karena orang
munafik lebih berbahaya dibandingkan dengan orang non islam.
e.
Qawlan
layyinan
Qawlan
layyinan secara harafiah berarti komunikasi yang lemah lembut. Sebagaiman
firman Allah berikut ini :
“maka
berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut,
mudah-mudahan ia ingat atau takut”.
Contohnya
seperti Allah memerintahkan agar Nabi Musa dan Nabi Harun agar berdialog dengan
Fir’aun secara lemah lembut. Inilah komunikasi yang efektif diajarkan oleh
islam. Karena berkomunikasi harus dilakukan dengan lemah lembut tanpa emosi
apalagi mencaci maki terhadap orang yang ingin dibawa ke jalan yang benar.
Dengan cara seperti ini bisa lebih cepat dipahami dan diyakini oleh lawan
dialog.
f.
Qawlan
sadidan
Istilah
dari qawlan sadidan disebut dua kali dalam al-Qur’an. Pertama, dalam surat An-nisa’ ayat 9 :
“Dan
hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah
dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.
Kedua, dalam surat Al-ahzab ayat 70-71 berikut ini :
“Hai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan
mengampuni bagi dosa-dosa mu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasulnya, maka
seseungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.
Prinsip
berkata benar merupakan prasarat untuk mensejahterahkan generasi mendatang. Hal
ini berarti kemampuan berkata benar menjadi prasarat untuk menghasilkan karya
yang berkualitas. Maksudnya tanpa kemampuan komunikasi yang benar, maka akan
sulit menghasilkan karya yang berkualitas. Dan sifat takwa dan prinsip
perkataan akan mengantar orang kepada pengampunan dosa-dosanya dan kesuksesan
yang besar.
FENOMENA
ETIKA DAKWAH
Menggugat Kesaksian Ustadz
“Ida Bagus” Abdul Aziz
(Oleh: I. K. Sugiartha)
Apakah
sama agama dan tradisi? Secara umum dapat dijelaskan, bahwa
Agama adalah pengikat jiwa yang menuntun jalan mencapai Tuhan. Sementara
tradisi adalah kebiasaan-kebiasaan di dalam melaksanakan ajaran agama.
Namun seorang Ustadz Abdul Aziz, yang mengaku
mantan Hindu, mengidentikan tradisi dengan
agama Hindu. Padahal Pak Ustadz ini, katanya,
sudah menyandang gelar sarjana agama (SAg) Hindu dan
sudah belajar Hindu selama 25 tahun, serta menguasai Yoga
Samadi. Bukan main. Tetapi, kenapa dia meninggalkan Hindu. Benarkah
Mantram Tryambakam kalah dengan suara Takbir?
Kesaksian
Menjadi Muslim
Inilah
rangkuman kesaksian Ustadz Abdul Aziz yang disampaikan di dalam sebuah
pengajian yang bertajuk ‘’Kesaksian Hidayah Mantan Pemeluk Hindu’’
di Surakarta, Jawa Tengah, pada Rabu, 21 Juli 2010, rekamannya beredar di
tengah-tengah masyarakat, penulis sampaikan dengan gaya bertutur seperti
berikut ini.
Sebelum
saya masuk Islam, agama saya adalah Hindu. Pendidikan saya Sarjana
Agama Hindu. Saya mempelajari Hindu sudah dua puluh
lima tahun. Orang mungkin tidak akan percaya kalau saya bisa sampai
masuk Islam. Saya berkasta brahmana. Nama depan saya ‘’Ida Bagus’’ (dia
tidak menyebutkan nama Hindunya). Saya menguasai yoga samadi.
Saya
melakukan praktek yoga samadi di Pura Mandara Giri Lumajang bersama beberapa
orang teman saya. Pada suatu hari saya disarankan untuk membaca Mantram
Tryambakam. Saya pun terus aktif membaca Mantram Tryambakam, pagi, sore
dan malam. Pada hari ketiga yang melakukan yoga samadi, saya diuji Tuhan,
ribuan nyamuk datang dan mengerubuti saya. Saya kemudian bacakan Mantram
Tryambakam, nyamuk itu hilang. Pada hari kelima saya melakukan yoga
semadi, saya lagi diuji Tuhan, aroma bau busuk menebar dari tubuh
saya. Saya kemudian membacakan Tryambakam, bau busuk di tubuh saya pun
hilang.
Pada hari
ketujuh saya melakukan yoga samadi, tiba-tiba hati saya berdebar-debar.
Saya terus membaca Tryambakam, tetapi guncangan hati saya tidak berhenti. Dalam
situasi berdebar-debar, tiba-tiba saya mendengar suara takbir
‘’Allahuakbar … Allahuakbar’’. Padahal malam itu bukan malam idul fitri, lantas
dari mana suara takbir itu datang. Saya coba lawan dengan Mantram Triyambakam,
namun suara takbir itu tidak hilang, malah suaranya semakin jelas dan
kuat. Dari situ saya kemudian berpikir bahwa ini adalah hidayah bagi
saya. Saya kemudian masuk Islam pada tahun 1995, dan naik haji pada
tahun 1996. Sepulang saya dari haji, kedua orang tua saya dan lima
saudara saya semua ikut dengan saya masuk agama islam.
Panca
Yajna: Upacara Selamatan?
Tidak ada
maksud sedikitpun dari penulis untuk mencampuri
urusan privacy seorang Ustazd Abdul Aziz, lebih-lebih mengenai
pilihan jalan (agama) penuntun hidupnya. Cuma saja, yang mengundang
perhatian saya, karena di dalam ceramahnya yang berdurasi
sekitar satu setengah jam (dua CD) tersebut, Pak Ustadz telah
menjadikan ajaran ‘’Agama’’ Hindu sebagai bahan banyolan, di
antaranya seperti kalimat-kalimat yang dicetak miring berikut ini:
Pertama. Panca Yajna adalah lima upacara selamatan di dalam
agama Hindu, masing-masing:
- 1. Dewa
yajna yakni selamatan kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa.
- 2. Rsi
yajnya adalah selamatan kepada orang-orang yang dianggap suci.
- 3. Pitra
yajna adalah selamatan kepada roh leluhur.
- 4. Manusa
yajna adalah selamatan kepada manusia.
- 5. Butha
yajna adalah selamatan kepada mahluk bawahan.
Melakukan
selamatan ini adalah wajib hukumnya di dalam Agama Hindu. Contoh
selamatan pada hari kematian, acaranya berlangsung pada hari pertama, ke-3,
ke-7, ke-40, ke-100 dan nyewu (hari ke-1000). ‘’Kalau
tidak punya uang untuk melaksanakan selamatan, wajib utang kepada
tetangga. (jamaah tertawa).
Sebab bila keluarga yang meninggal tidak diselamatin, rohnya akan
gentayangan, menjelma menjadi hewan, binatang, bersemayam di keris
dan jimat, dll. Makanya pohon-pohon diberi sarung, dan pada setiap hari Sukra
Umanis jimat dan keris diberi minum kopi. ‘’Sedangkan yang melaksanakan selamatan,
dapat tiket langsung masuk surga.’’ Di dalam Islam tidak ada
selamatan-selamatan, tetapi yang ada adalah sedekoh. Sedekoh punya kelebihan
dari selamatan yakni memberikan sedekoh ketika kita punya kelebihan yang
biasanya dilakukan pada menjelang bulan puasa. Jadi bukan hasil utang.
Istilah selamatan
tidak ada di dalam Hindu, apalagi selamatan atas kematian. Adapun
rangkaian upacara kematian di dalam Hindu seperti nelun,
ngaben, ngeroras (memukur) dll. pada intinya merupakan penyucian sang
jiwa dari unsur badan fisik, mendoakan agar perjalanan sang jiwa tidak
mendapatkan halangan, memperoleh ketenangan dan kedamaian di alam
pitra. (Kitab Asvalayana Griha Sutra). Masalah dia (sang
jiwa) mendapat tiket ke sorga atau akan masuk neraka, tergantung dari
bekal karmanya. Yang jelas sangat tidak ditentukan oleh acara selamatan.
Apalagi
kalau dikatakan bahwa roh yang tidak diselamatin akan gentayangan,
menjelma jadi hewan atau pohon, itu ada di cerita film kartun.
Proses reinkarnasi berlangsung puluhan bahkan mungkin sampai ratusan
tahun. Sementara pohon-pohon di berikan busana (sarung: menurut Ustazd Abdul
Aziz), adalah sebagai tanda bahwa pohon-pohon tersebut
dilestarikan dan tidak boleh ditebang sembarangan. Ini wujud bahwa Hindu cinta
lingkungan.
Kedua. Di dalam agama Hindu, dalam memberangkatkan mayat ada tradisi
trobosan yakni berjalan menerobos di bawah keranda mayat, sebagai wujud bhakti
kepada orang tua yang meninggal. Dan ketika mayat ditandu ke kuburan, di
sepanjang jalan dipayungi. Apakah mayatnya kepanasan? Belum pernah mati kok
tahu mayat kepanasan. Di Islam acara-acara semacam itu tidak ada dasar hukumnya
baik di hayat maupun hadist.
Ketiga.
Apakah
Tuhan Hindu minta makan? Lihat ini, Dewa makan bubur hangat. Dewa
Brahma masih doyan pisang rebus (Ustadz
menunjukkan gambar Brahma disertai sesajen termasuk
tumpeng). Tumpeng bagi Hindudianggap simbol Tri Murti. Barang siapa
yang bisa membikin tumpeng, berarti dia sudah masuk Hindu.
Bisa
membuat tumpeng berarti masuk Hindu? Ini bombastis. Untuk
menjadi Hindu ada proses ritualnya, di antaranya upacara sudi widana
dan mengucapkan Panca Sradha. Banyak orang muslim, kristen dan Budha yang
pandai membuat tumpeng, apakah itu berarti mereka masuk Hindu?
Para Wali
Menjiplak Weda?
Menanggapi pertanyaan seorang jamaah mengenai film seri
kartun ‘’Little Krsna’’ di TV, Ustadz Abdul Aziz mengatakan,
‘’Hati-hati, awasi anak-anak kita, itu cara-cara orang di luar muslim untuk
melakukan cuci otak terhadap anak-anak kita (muslim).’’ Sedangkan
setahu saya, cuci otak itu adalah cara teroris untuk merekrut anggota.
Teroris itu siapa? Tidak pernah ada di dalam Hindu gerakan cuci
otak untuk merekrut orang (agama) lain. Yang ada malah sebaliknya, orang di
luar Hindu yang sibuk melakukan gerakan konversi untuk
memperoleh tabungan pahala.
Benarkah
para wali dulu mengubah (menjiplak) doa-doa Hindu ke dalam bahasa
Alquran?’’ Atas pertanyaan seorang jamaah lainnya ini, Ustadz Abdul Aziz
tidak kuasa menjawab. ‘’Saya tidak berani menjawab pertanyan ini,
karena saya tidak punya referensi sebagai dasar,’’ tangkisnya. Apa makna
di balik kata tidak berani tersebut? Apa benar dia tidak punya referensi?
Seorang
ustadz yang mengaku telah belajar weda selama 25 tahun, tetapi
referensi yang disampaikan kok malah muter-muter soal tradisi
melulu; acara selamatan, terobosan, memayungi mayat, pohon pakai sarung,
keris dan jimat minum kopi, membuat tumpeng.
Padahal
harus disadari, yang namanya tradisi tentulah berbeda sesuai
dengan desa, kala, patra (tempat, waktu dan keadaan), baik di
dalam satu agama apalagi beda agama. Semua agama punya tradisi, termasuk di
kalangan umat Islam. Tetapi sepanjang hal itu dilakukan sebagai ungkapan
rasa bhakti, rasa hormat dan doa, kenapa tidak diapresiasi. Tidak
ada dasar hukumnya (bida’ah)? Sekarang zaman komputerisasi, di mana-mana
orang pakai laptop, HP, pesawat terbang, sepeda motor, apakah juga
bida’ah menurut Islam?
Selama
berceramah, tidak ada sepotong filsafatpun yang terlontar dari mulut sang
ustadz. Sementara esensi dari ajaran Hindu ada pada
filsafat. Di situ logika dimainkan, bukan sekedar keyakinan semu dengan
menelan mentah ayat-ayat.
Mantram
Tryambakam adalah syair yang sakral dan memiliki kekuatan (energi) gaib.
Kalau sekedar ngusir nyamuk dan menghilangkan bau busuk, ngapain harus
melakukan yoga samadi sampai tujuh hari tujuh malam, cukup dengan autan saja.
Sedangkan di dalam melakukan yoga samadi, pada tahap tertentu,
berbagai bentuk godaan bisa saja muncul. Namun hal itu
bukanlah petunjuk Tuhan (hidayah), malah bila kita tidak kuat bisa
terjerumus.
0 komentar: